Ilustrasi tumpukan kontainer | Istimewa |
Bitung, eMaritim.com � Ratusan kontainer terbengkalai di area terminal penumpang Pelabuhan Bitung, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Sejumlah pekerja buruh bagasi kapal setempat mengeluhkan, pelabuhan tempatnya bekerja terkesan sesak dipenuhi ratusan kontainer ini.
Diketahui, ratusan kontainer ini kosong dan terkunci rapat. Bahkan, sejumlah kontainer terlihat berkarat diterpa hujan dan panas. Beberapa penumpang yang tahu muasal kontainer itu, melakukan swa foto dengan latar belakang kontainer itu.
Namun kontainer kapal roro letaknya agak terpisah. Posisinya istimewa, di dalam pelabuhan, terlindung pembatas besi. Semua kontainer nampak baru. Warnanya biru mengkilat. Ada tulisan Super Shuttle di badannya.
Agen kapal Roro, Didi Bayang mengatakan, kontainer tersebut untuk sementara di tampung di pelabuhan. "Kita tunggu sampai beroperasinya kapal," ujarnya seperti dikutip Tribun Manado.
Dikatakan Didi, kontainer di pelabuhan tersebut adalah yang dibawa kapal Roro pada pelayaran perdana di Bitung 2 Mei lalu. Ia menyangka, kontainer itu tak akan lama menghuni pelabuhan seiring pelayaran kedua. Namun pelayaran kedua tak kunjung terwujud hingga kontainer itu masih berada di pelabuhan. Kontainer itu kosong sejak dibawa dari Davao dalam pelayaran perdana kapal roro 2 Mei lalu. Kosongnya kontainer kala itu sempat mengagetkan awak media yang berharap ada barang yang hendak di bawa dari Davao.
Manager cabang Davao Transport Kelautan Asia, Kim Pancho kala itu menuturkan, pelayaran perdana hanya membawa 5 TEU dan 50 kontainer kosong. "Akan diposisikan ulang di pelabuhan Bitung," kata dia.
Wakil Walikota Bitung, Maurits Mantiri, meminta semua pihak tidak berpolemik dengan kontainer kosong pada pelayaran perdana dan hingga kini masih terbengkalai di pelabuhan.
"Jauh lebih penting adalah bagaimana kita memacu industri kita untuk maju dan qualified agar bisa mengisi kontainer tersebut. Rute perdagangan Bitung-Davao-General Santos adalah kesempatan emas membangun perekonomian Bitung,� pungkas Mantiri. (*)